Selasa, 04 Agustus 2009

... I'tiraf ...

Pasti pernah dengan lagu I’tiraf yang di nyanyi’in Raihan kan ? Tau nggak, bahwa itu sebenarnya do’a yang di lantunkan oleh seorang hamba ALLAH yang bernama ABU NAWAS. Sosok lugu, agak pandir dan sering kita anggap sosok konyol yang tingkah dan ucapannya mengundang tawa…Gini nih ceritanya sampai doa itu terlantunkan…Alkisah, seorang laki – laki setengah baya sedang duduk sendirian, memperhatikan matahari yang berangsur – angsur tenggelam. Suasananya cukup hening. Ia melihat begitu indahnya warna langit yang di penuhi dengan mega berwarna kuning jingga. Ia memperhatikannya dengan seksama, hingga akhirnya suasana indah itu hilang seiring dengan tenggelamnya matahari di ufuk barat. Entah apa penyebabnya, tiba – tiba ia tak mampu membendung air matanya. Hatinya terasa pedih. Ia menangis tersedu – sedu. Ia menengadahkan kedua tangannya sambil berkata :” Ilahi lastu lil firdausi ahlanWalaa aqwaa ‘alannaril jahiimiifahabli taubatan waghfir dzunuubifainnaka ghafirudzdzambil ‘adzhiimiidzunuubi mitslu a’daadir rimalifahablii taubatan yaa dzal jalaaliwa ‘umrii naaqishun fii kulliyaumiwa dzambii zaa idun kaifahtimaliilahi ‘abdukal ‘aashi ataakamuqirran bi dzunubi waqad da’aakafa in taghfir faanta lidzaka ahlunwa in tadrud faman narjuu siwaakaa “Terjemahannya kurang lebih demikian :” Ya Tuhanku, aku tidaklah pantas menjadi ahli syurga firdausMuNamun aku juga tak kan sanggup masuk ke neraka jahimMU.Oleh karena itu, terimalah taubatku dan tutupilah dosa – dosaku.Sesungguhnya Engkau maha mengampuni dosa – dosa besar.Dosa – dosa ku seperti hamparan pasir di laut, maka terimalah taubatku wahai Dzat yang Maha Agung…Umurku terus berkurang setiap hari, namun dosa – dosaku bertambah setiap hari…Bagaimana aku mampu menanggungnya ?Ya Tuhanku, hambaMu yang berlumur dosa ini datang kepadaMUSesungguhnya aku benar – benar berdosa kepadaMUDan bila Engkau tidak mengampuni aku, kepada siapa lagi aku berharap selain Engkau ?”Abu Nawas, sosok yang dikenal sosok lugu, agak pandir dan sering kita anggap sosok konyol yang tingkah dan ucapannya mengundang tawa, sebenarnya adalah orang yang baik dan sangat jujur. Kalimat – kalimat diatas adalah bentuk pengakuan dirinya atas semua dosa – dosa yang telah ia perbuat. Ketika Ia menyadari usianya yang semakin senja, tentu saja kepastian untuk segera kembali menghadap ALLAH itu pun akan segera datang.Ia menangis ketika menyaksikan matahari tenggelam, karena ia menyadari bahwa orang hidup di dunia ini dapat di ibaratkan seperti itu. Namun jarang sekali kita mau merenungkan tanda – tanda kebesaran ALLAH swt. Dan mengambil pelajaran dari peristiwa demi peristiwa dalam hidup kita.Ketika matahari akan tenggelam sering kali membawa suasana menyenangkan dan warna langit menjadi sangat indah. Sampai – sampai banyak orang yang terlena oleh keindahannya. Sementara mereka tidak menyadari bahwa sebentar lagi matahari akan tenggelam dan kegelapan malampun akan segera menyelimutinya. Kecuali orang yang sadar dan telah menyiapkan diri dengan membawa lentera untuk menerangi ketika malam tiba.Rasulullah saw menangis hingga berguncang dadanya dan jenggotnya basah oleh air mata ketika menerima wahyu yang berbunyi : ” Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih bergantinya siang dan malam terdapat tanda – tanda (kebesaran ALLAH) bagi orang – orang yang berakal. Yaitu orang – orang yang mengingat ALLAH sambil berdiri atau duduk ataupun berbaring, dan mereka yang merenungkan tentang penciptaan langit dan bumi seraya berkata : ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan ini semua dengan sia – sia. Maha suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa api neraka.’ ” (QS. Ali – Imran : 190 – 191)Ketika Bilal bin Rabbah, muadzin kesayangan Rasulullah datang menegur, ” Mengapa engkau menangis wahai Rasulullah ? Padahal ALLAH telah mengampuni dosa – dosamu yang lalu dan yang akan datang ?”Rasulullah pun menjawab, ” Bukankah aku belum menjadi hamba yang bersyukur ? Aku menangis karena tadi malam telah turun wahyu kepadaku yang bunyinya : ‘Celakalah orang – orang yang membaca ayat ini kemudian tidak mau merenungkannya.’ “Saat ini, Rasulullah dan Abu Nawas sama – sama sudah tiada, namun kita harus merenungkan semua ini. Sudahkah kita menjadi hamba yang bersyukur dan menyadari keberadaan kita di dunia ini dan kewajiban kita padaNYA.Seperti yang di katakan oleh Rasulullah bahwa hidup di dunia ini hanya persinggahan saja untuk menuju ke tujuan utama kita yaitu akhirat. Namun sudah cukupkan bekal kita untuk melakukan perjalanan tersebut ? Perjalanan akhirat menuju kehidupan yang sebenarnya, yang kekal dan abadi ?Wallahualam bi shawab….Semoga kita selalu dapat mengambil pelajaran dari setiap peristiwa…~ (imanda amalia )

2 komentar:

  1. sangat bagus. saya minta ijin copy untuk saya postingkan kembali terima kasih

    BalasHapus
  2. Maaf baru respon, just info...penulis artikel diatas (Imanda Amalia) adalah salah satu korban dan wafat tragedi demonstrasi di mesir...mohon ikut mendoakan agar arwahnya bisa diterima disisiNYA.

    BalasHapus